Tag Archives: pembasahan serbuk

suspensi

Standard

SUSPENSI

  1. DEFINISI

Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17 : Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. (Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18)

 

  1. KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN ((RPS ed. 18, vol 3, 1538-1539).
    1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak
    2. Homogenitas tinggi
    3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).
    4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya)
    5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.

KEKURANGAN :

  1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi, dll)
  2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun
  3. Alirannya menyebabkan sukar dituang
  4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
  5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur
  6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan
  7. Macam-macam Suspensi Berdasarkan Penggunaan (FI IV, 1995, hal 18)
  8. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
  9. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.
  10. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
  11. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.

Syarat suspensi optalmik (hal 14):

–  Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi dan atau goresan pada kornea.

– Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan.

 

Berdasarkan Istilah

  1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk pemakaian oral.  (contoh : Susu Magnesia)
  2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh : Magma Bentonit).
  3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit (contoh : Lotio Kalamin)

 

Berdasarkan Sifat

1. Suspensi Deflokulasi

– Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat.

– Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap.

– Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel yang halus sangat lambat.

 

Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.

 

Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa yang kompak.

 

– Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah

sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.

2.  Suspensi Flokulasi

– Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar.

– Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam.

 

Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi.

 

Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.

 

– Flokulasi dapat dikendalikan dengan :

a.Kombinasi ukuran partikel

b.Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.

c.Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalam suspensi.

 

                  Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.(Ansel, 356)

       

       Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi (Lachman Practice, 479-491)

  1. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)

Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :

  1. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan sorbitol atau sukrosa.  BJ medium meningkat.
  2. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill
  3. Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.

2. Pembasahan serbuk

Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal : span dan tween.

 

3. Floatasi (terapung), disebabkan oleh :

a. Perbedaan densitas.

b. Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan

c. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat.  Hal ini dapat diatasi dengan penambahan humektan.

Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat.  Mekanisme humektan :  mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi.  Contoh : gliserin, propilenglikol.

 

4.Pertumbuhan kristal : Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh.  Bila terjadi perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal.  Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan.

Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal